Serangan Fajar

Serangan Fajar

Sinta terbangun dari tidurnya pagi itu. Suara jam weker yg menjerit nyaring memaksanya turun dari ranjang. Selimut tebal yg seakan masih ingin mendekapnya erat2 ditendangnya sehingga terjatuh ke lantai.
Tangannya meraih lampu di atas meja kecil di sebelah ranjangnya dan
menyalakannya. Sinta sudah terbiasa tidur hanya dgn celana dalam dan kaos tanpa lengan seperti pemain basket. Wajahnya cukup cantik. Tingginya yg 165 cm dgn rambut sebahu dan tubuh yg terawat memang selalu membuat mata laki2 membelalak. Ia berjalan sedikit terhuyung sambil menggaruk kepalanya yg sebetulnya tidak gatal.

Dimatikannya suara jam weker itu dan dilihatnya jam baru menunjukkan pukul 5.00 pagi. Sepagi itu Sinta biasanya sudah bersiap untuk ke kantor. Maklumlah
jalan ke arah kantornya di bilangan Sudirman memang tidak pernah lepas
dari kepadatan lalu lintas. Di rumah yg sudah ditempatinya sejak setahun yg lalu itu memang tidak ada orang lain yg bisa membangunkannya. Sinta mengontrak rumah itu dari Sony teman kantornya yg kebetulan baru saja pindah sehingga dia bisa mendapat harga sewa yg relatif murah. Ia keluar dari kamarnya dan menuju kamar
mandi yg terletak tepat di sebelah kamarnya. Belum sempat kakinya melangkah
masuk ke dalam kamar mandi tiba2 seseorang memeluk dan menyekap mulutnya dari belakang. Belum hilang rasa kagetnya orang itu dgn cepat menyeretnya kembali masuk ke dalam kamar. Tubuhnya dibaringkan dgn paksa di atas ranjang yg masih berantakan dan didengarnya orang itu berkata “Jangan coba2 melawan atau berteriak kalau tidak mau pisau ini merobek perutmu.. mengerti !!!” Dgn nafas yg tersengal-sengal Sinta mengangguk lemah dan orang itu kini membalikan tubuhnya hingga terlentang. Dilihatnya seorang laki2 kekar menindih tubuhnya dgn pisau panjang di tangannya. Rupanya dia tidak sendirian, yg seorang lagi sekarang sudah berdiri di samping ranjangnya. “Diam saja manis.. kita akan bersenang-senang pagi ini” Sinta menggigil ia tahu apa yg akan terjadi pada dirinya

“Too..tolong.. jangan.. jangan sakiti saya..”

“He..he.. tenang manis, malah kau akan menikmatinya juga” Sambil berkata demikian orang itu dgn cepat mengangkat kaos tanpa lengan yg dipakai Sinta ke arah lehernya sehingga buah dadanya yg indah langsung terpampang jelas di hadapan kedua orang itu. Mereka menelan ludah menyaksikan keindahan tubuh Sinta. Sinta meronta namun laki2 yg satu kini sudah beranjak pula naik ke ranjang dan memegangi kedua kakinya yg mulus dan jenjang. Laki2 yg diatas tubuhnya beranjak pindah ke atas kepalanya. Ia menunduk dan dgn bernafsu menjilati kedua
payudaranya bergantian. Lidahnya menggelitik puting payudara Sinta yg masih
bersemu kemerahan. Sinta terisak, ditutupnya matanya rapat2. Ia dapat merasakan juga laki2 yg lain meregangkan kedua pahanya lebar2 dan mulai menjilati paha dan selangkangannya.. Pagi itu menjadi begitu menegangkan bagi Sinta.. Tadi ia terbangun dgn kantuk yg masih menyergap tapi kini dua orang laki2 tak dikenal menggerayangi tubuh indahnya dgn bernafsu.. sungguh ia berharap ini hanya mimpi. Namun demikian jilatan kedua laki2 itu di kedua bagian tubuhnya yg paling pribadi mau tidak mau memberikan perubahan pada dirinya. Sinta mengatupkan
bibirnya kuat2. Laki2 di atasnya terus meremas-remas payudaranya dan memilin putingnya sambil menjilati daerah itu. Sementara temannya di bawah dgn tidak sabar menarik celana dalam Sinta melewati lututnya dan meregangkan kembali kedua pahanya lebar2. Sinta terkesiap ketika dirasakannya sesuatu yg lembut menari2 di selangkangannya. Dgn refleks ia menarik pantatnya sehingga tubuhnya agak melengkung. Melihat posisi tubuh Sinta laki2 dibawahnya makin bersemangat. Lidahnya kini dgn leluasa merobek2 celah sempit di selangkangan Sinta sementara jari2nya ikut bergerilya memasuki celah itu. Sinta tidak kuasa lagi menahan diri

“Aaahh.. ja..jangan..oouuhh.. sakit..” Namun kedua laki2 itu sudah tidak mempedulikan dirinya lagi. Dgn cepat mereka melucuti tubuh mereka sendiri. Kedua laki2 yg sudah telanjang bulat itu kini berganti posisi dan meneruskan ‘pekerjaan’ mereka yg sempat tertunda tadi. Dgn kasar laki2 yg di bawahnya membuka kembali paha Sinta lebar2 dan dgn sedikit terburu2 mencoba melesakkan kejantanannya ke dalam kemaluan Sinta yg belum sepenuhnya terlumasi.

“Aww…aduuhhh..!!” Sinta menjerit kesakitan namun jeritannya segera tertahan tat kala bibirnya dilumat oleh laki2 di atasnya dgn ciuman yg kasar.. Sinta dapat merasakan bau tak sedap dari mulut orang itu yg membuatnya merasa jijik tapi dia tak dapat berbuat apa2 krn posisinya benar2 tertindih oleh kedua laki2 tersebut.

Sementara di sisi lain kemaluannya terasa perih dan sakit saat torpedo laki2 itu menghujam sedikit demi sedikit ke dalam kemaluannya yg masih perawan.. Dirasakannya jari jemari lelaki di bawahnya meregangkan bibir2 kemaluannya. Pantatnya bergerak2 mencoba menghindari tusukan kejantanan laki2 itu namun apa daya kejantanan itu dgn pasti menyeruak masuk merobek keperawanan yg selama ini dijaganya.

 “Aahhh…” desah laki2 di bawahnya ketika akhirnya seluruh kejantanannya berhasil terbenam utuh ke dalam kemaluan Sinta. Sinta merasakan sesuatu yg besar mengganjal di selangkangannya. Laki2 di atasnya menarik sisa kaos yg melilit di leher Sinta dan melemparnya jauh2. Kini tubuh Sinta benar2 polos diapit oleh dua
tubuh laki2 yg juga polos. Laki2 di bawahnya mengangkat kedua paha Sinta ke atas pundaknya dan mulai memompa kejantanannya. Setiap gerakan laki2 itu dirasakan Sinta bagai sebuah pukulan yg menderanya. Air matanya mengalir menahan sakit, malu, dan sedih. Sungguh tak pernah terbayang bahwa ia akan diperkosa di dalam kamarnya sendiri oleh dua laki2 yg tak dikenalnya. Tiba2 badan laki2 yg sedang
memperkosanya mengejang. Sambil mendesah keras laki2 itu menyemburkan benihnya ke dalam kemaluan Sinta. Peluh yg membasahi tubuhnya tercium
begitu keras di hidung Sinta dan membuatnya bertambah mual. Laki2 itu segera mencabut kejantanannya dan temannya dgn segera menggantikan tempatnya. Kini laki2 kedua yg sudah menahan nafsunya sejak tadi kembali menghujamkan kejantanannya.

Sinta seakan tersedak begitu dirinya dijejali oleh laki2 tersebut. Laki2 lainnya yg tadi baru saja menyetubuhinya sekarang berjongkok mengangkangi dadanya. Senjatanya yg masih mengkilat krn dibasahi cairan dari kemaluan Sinta dan benihnya sendiri kini diarahkan ke dada Sinta. Ujung kemaluan laki2 itu digerakan memukul kedua payudaranya dan kemudian laki2 itu mengarahkan senjatanya ke mulut Sinta. Sinta yg masih terpejam terkejut merasakan sesuatu yg basah dan berbau menyentuh bibirnya. Seketika ia membuka matanya dan melihat kejantanan laki2
itu tepat di depan hidungnya.
Melihat gadis itu membuka matanya laki2 itu segera menekan kedua pipi gadis itu sehingga memaksanya membuka mulut dan dgn tiba2 memasukan kejantanan yg masih tegang dan basah itu ke dalamnya. Laki2 yg dibawahnya kini dgn kuat menumbukan pinggangnya berulang2 memompa kejantannya ke tubuh Sinta shg membuat tubuhnya terlonjak- lonjak dgn keras. Sinta benar2 merasa tak berdaya.. mulut dan kemaluannya dijejali oleh kejantanan kedua laki2 tsb. Hampir bersamaan waktunya ketika kedua laki2 itu menyemburkan benihnya ke dalam kemaluan dan mulut Sinta. Lelehan benih kedua laki2 itu mengalir dari bibir dan kemaluannya. Sinta menangis sambil memalingkan mukanya. Matanya yg indah basah oleh air mata yg membanjir. Nafasnya tidak teratur dan dadanya berguncang hebat menahan tangis.

Seorang dari laki2 itu rupanya belum puas. Ia menelungkupkan tubuh Sinta dan mengangkat pinggulnya ke atas sehingga pantatnya yg indah
kini terpampang jelas di muka laki2 itu. Laki2 itu setengah berjongkok kembali memasukkan senjatanya ke arah kemaluan Sinta dari belakang dan kembali memompanya dgn kencang.
 Temannya berbaring di bawah tubuh Sinta dan tangannya kembali meremas-remas kedua bukit indah yg menggantung itu sambil menjilati dan mengisap putingnya bergantian. Sinta merasa pening.. badannya merasa lelah diperlakukan demikian dan kesadarannya perlahan menghilang.

Rasa sakit pada tubuhnya, rasa malu dan sedih, serta shock atas kejadian pagi itu membuatnya pingsan. Suara telpon sayup2 terdengar membuatnya kembali terjaga. Kesadarannya sedikit demi sedikit kembali. Bayangan kedua laki2 itu masih menghantuinya. Ia mendapati dirinya terlentang di atas ranjangnya tanpa busana. Selangkangannya terasa nyeri dan pedih. Kedua laki2 itu sudah tidak ada lagi.
Sinta mencoba bangun dari tempat tidurnya. Tangisnya meledak menyadari
keadaan dirinya. Suara telpon yg berdering sama sekali tidak membuatnya bergegas untuk menjawabnya. Bau tubuh kedua laki2 itu seakan masih menghinggapi indra penciumannya. Iapun bergegas bangun dan menuju ke kamar mandi.Sekilas dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 9.30. Sinta menyalakan air di dalam bathtub dan membaringkan tubuhnya yg masih terasa pegal dan sakit. Dibiarkannya air yg dingin itu memenuhi bathtub. Sinta membersihkan tubuhnya dari sisa2 kejadian pagi tadi. Sudah cukup lama ia ada di kamar mandi namun ia merasa bahwa tubuhnya masih belum bersih. Hanya dinginnya air yg menyadarkan dirinya yg mulai menggigil utk keluar dari kamar mandi. Telpon kembali berdering, ia tahu bahwa pasti Dony yg menelponnya. Mereka mulai berpacaran sejak 6 bulan yg lalu. Selama itu ia selalu menelpon Dony atau sebaliknya setiap pagi sesampainya di kantor. Namun kali ini tentu Don khawatir karena Sinta belum juga menelponnya. Sinta tidak berani mengangkat telpon tsb karena ia tidak tahu apa yg harus dikatakannya. Apakah
ia harus berterus terang atau tidak akan kejadian seram yg menimpanya. Iapun kembali menangis.

Kira2 satu jam kemudian Dony sudah sampai di ambang
pintu rumah Sinta Ia heran krn lampu2 masih menyala. Diketuknya pintu namun tidak ada jawaban. Khawatir akan ada sesuatu yg tidak beres iapun mengeluarkan kunci yg pernah diberikan Sinta kepadanya. Namun lebih
terkejut lagi ketika menyadari pintu itu tidak terkunci dan
kelihatannya ada yg merusak kunci pintu tsb. Dgn berdebar Dony mendorong pintu itu perlahan dan melongok ke dalam. Iapun menuju ke kamar mandi karena didengarnya air masih mengucur dari sana. Melihat tidak ada Sinta di situ iapun bergegas ke kamar tidur Sinta di sebelahnya dan membuka pintu. Betapa terkejut ia mendapati Sinta yg tergeletak hanya dgn  handuk yg melilit di tubuhnya. Wajahnya membiru dgn busa yg keluar dari mulutnya.

                 *******************************************************